Kritik Rachmat Tanpa Menghujat

- 6 Juni 2021, 09:00 WIB
Kubah Masjid Agung (Islamic Center) Lhokseumawe.
Kubah Masjid Agung (Islamic Center) Lhokseumawe. /Youtube./

Pemandangan Masjid Agung Lhokseumawe dari Waduk Pusong, Lhokseumawe.
Pemandangan Masjid Agung Lhokseumawe dari Waduk Pusong, Lhokseumawe.

Pada bagian bawah kubah dihiasi motif bunga yang terhubung tegak antara satu dengan lainnya. Ide pembuatan motif pada bagian bawah kubah ini diilhami oleh pintalan taplak meja yang biasa digunakan masyarakat Aceh untuk menghiasi meja tamu.

Pada puncak kubah, Rachmatsyah melengkapi dengan penangkal petir yang dibentuk serupa boh ru, perlengkapan raja-raja atau hulubalang Aceh terdahulu yang diikatkan dengan sutera kuning bersama kunci peti kerajaan yang diselempangkan di pundak. Akan tetapi boh ru pada mesjid ini diberi motif bunga-bungaan yang banyak dijumpai pada benda-benda kuno peninggalan masa Kerajaan Aceh.

Baca Juga: AHY Usulkan Nama Pahlawan Nasional dari Aceh

Jumlah kubah pada masjid tersebut yakni sembilan buah. Meskipun berbentuk sama, kubah-kubah tersebut terdiri dari tiga tipe ukuran. Tipe pertama, yakni kubah utama dengan posisi tepat di tengah bangunan, berukuran paling besar sebanyak satu unit dengan diameter 19,5 dan tinggi 21,68 meter. Tipe kedua berdiameter 12,17 setinggi 13,9 meter, sebanyak empat buah. Sementara tipe ketiga berdiameter 8,64 dengan tinggi 8 meter sejumlah empat buah.

Kubah-kubah ini terbuat dari glassfibre reinforcement cement (GRC) yaitu suatu produk material konstruksi dari campuran, semen, pasir halus, serat fiber, dan bahan perekat. Saat ini model kubah karya Rachmatsayah telah menghiasi banyak masjid lain di Bireuen, Aceh Utara, bahkan di Banda Aceh.

Rachmatsyah Nusfi
Rachmatsyah Nusfi

Konsep lengkung Persia berkolaborasi dengan motif Aceh dan pintalan taplak meja, menjadikan sosok kubah temuannya itu mampu menyaingi tampilan kubah produk de-Bruin. Artinya bentuk kubah yang mencirikan Aceh Style.

Baca Juga: Gubernur Aceh: Jangan Ragukan Dukungan Aceh untuk Palestina

Masjid itu, kata Razuardi, adalah bentuk protes Rachmatsyah terhadap teori Gujarat yang diekspresikan de-Bruin lewat kubah hitam Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. “Begitulah protes melalui karya para seniman, tanpa demo dan saling hujat,” kata Razuardi.***

Halaman:

Editor: Fauji Yudha


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x