Antara Peringatan Maulid Nabi SAW dan Bid'ah

- 8 November 2022, 09:38 WIB
 Rastusan siswa siswi SD Negeri Galunggung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Kamis, 20 Oktober 2022./DeskJabar/Dindin Hidayat
Rastusan siswa siswi SD Negeri Galunggung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Kamis, 20 Oktober 2022./DeskJabar/Dindin Hidayat /

JURNALACEH.COM- Kedua kata tersebut, selalu menjadi trending ketika datangnya bulan maulid. Secara umum, ada tradisi umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko dan lain sebagainya melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti Peringatan Maulid Nabi SAW.

Tak hanya itu, hari besar islam lainnya seperti peringatan Isra’ Mi’raj dan peringatan Muharram pun menjadi momentum yang tidak dilewatkan para umat islam dunia.

Baca Juga: Petang Nanti Terjadi Gerhana Bulan Total di Wilayah Langsa, Ini Waktu Tepatnya

Jadi, bagaimana sebenarnya aktifitas-aktifitas itu? Secara khusus, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Karena tidak pernah menyuruh, maka secara spesial pula, hal ini tidak bisa dikatakan "masyru" (disyariatkan). Dan juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama.

Yang perlu dipahami dalam memaknai aktifitas tersebut adalah, mengingat kembali hari kelahiran Nabi, atau mengingat peristiwa penting lainnya dalam hal meresapi sebuah nilai dan adanya hikmah yang terkandung pada moment tersebut.

Contohnya, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itu bisa kita jadikan sebagai bentuk mengingat kembali akan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul untuk para ummatnya. Karena, Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala.

Baca Juga: Contoh Pembukaan Teks MC Maulid Nabi Muhammad SAW Terbaru dan Keren

Dirangkum JurnalAceh.com dari berbagai sumber, sebuah kisah yang menyangkut tentang Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak perempuan Abu Lahab yang mana paman Nabi Muhammad SAW. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Nabi Muhammad yang tak lain adalah keponakannya.

Tepatnya adalah pada hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Dan Abu Lahab pun bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah.

Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab turut bersuka cita. Namun, semua itu kita kembalikan kepada Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen.

Stelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, pergelaran momentum ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia.

Dan yang harus dipahami adalah, Nabi Muhammad SAW bersabda: Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik, maka baginya adalah pahala dan juga mendapatkan pahala orang yang turut melakukannya.

Dalam hal ini Makna aktifitas yang baik adalah, secara sederhananya aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-lainnya.

Masalah Bid’ah:

Merujuk kepada Ibnu Atsir dalam kitabnya “Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar” yaitu pada bab Bid’ah dan pada pembahasan hadist Umar tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan.

“Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, bahwa bid’ah terbagi menjadi dua: Bid’ah Hasanah ataupun baik dan Bid’ah Dhalalah ataupun sesat, yang mana Bid’ah yang bertentangan dengan perintah qur’an dan hadist.

Jika melihat dari Ibnu Atsir yang menukilkan sebuah hadist Rasulullah, "Barang siapa merintis jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan pahala orang orang yang menjalankannya, dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang menjalankannya," terangnya.

Di hadits lain, Rasulullah juga bersabda: "Ikutilah kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku yaitu Abu Bakar dan Umar”.

Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan, Setiap yang baru dalam agama adala Bid’ah. Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama baru disebut dengan bid’ah.

Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid’ah. Pertama, wajib meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama. Contohnya kodifikasi al-Qur’an misalnya.

Kedua, Bid’ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-Qur’an di dalam masjid. Ketiga, Bid’ah yang haram seperti melagukan al-Qur’an hingga merubah arti aslinya. ***

Editor: Fachrulrazi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x