Ragam Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Indonesia

- 19 Oktober 2022, 21:43 WIB
Bunga telur Maulid Nabi
Bunga telur Maulid Nabi /Fauzi Jurnal Aceh/Akun FB @as'ad laga

JURNALACEH.COM- Bagi umat yang beragama islam, Rabiul awal menjadi bulan yang dinanti, untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Pada dasarnya, kata maulid berasal dari bahasa Arab yang berarti hari lahir. Maka tak heran jika momentum ini diperingati oleh umat muslim secara beragam, yang mana sesuai tradisi daerah masing-masing.

Baca Juga: Filosofi dan Tujuan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Namun, isi dalam perayaan semuanya sama, yaitu mengumandangkan shalawat-shalawat nabi, serta mengagungkan namanya Nabi dalam setiap doa dan kegiatan yang dilaksanakan bulan maulid.

Uniknya, di Indonesia tradisi perayaan maulid sangat kental dengan daerah masing-masing. Berikut 7 ragam tradisi daerah di indonesia dalam perayaan maulid nabi:

1. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). DIY dan Surakarta memiliki perayaan maulid nabi yang mereka sebut Gerebeg Maulud. Gerebeg Maukud sendiri adalah puncak dari sebuah rangkaian agenda Sekatenan. Dalam bahasa Arab yaitu Syahadatain yang artinya dua kalimat  syahadat.

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Singkat untuk Anak SD, Cerita Kelahiran Rasulullah

Menariknya, Sekaten digelar selama dua puluh hari beruntun, dan Gerebeg maulud menjadi penutupnya. Dan saat Gerebeg Maulud, Sultan dan para prajuritnya berjalan dari keraton ke Mesjid Gedhe Agung Yogyakarta yang diiringi arak-arakan Gunungan.

Sesampai di masjid, baru diadakan sebuah upacara serta dibacakan doa-doa ke hadirat Allah. Di akhir upacara, baru gunungan yang diarak tadi dibagikan pada rakyat dengan cara berebut.

2. Sulawesi  Selatan. Disana ada tradisi yang bernama Maudu Lampoa. Tradisi ini mereka adakan selama 40 hari penuh. Dan awal perayaannya adalah bulan Safar. Salah satu agenda adalah mandi bersama yang dipimpin sesepuh desa mereka.

Selanjutnya, tepat pada 12 Rabiul Awal, seluruh warga Cikoang berjalan dengan beriringan sambil membawa arak-arakan atau biasa mereka sebut julung-julung yang diisi berbagai pernak pernik, yang akhirnya menjadi rebutan.

3. Madura. Di Madura sendiri, pesta perayaan Maulid Nabi atau sebutannya Muludhen. Hal ini dilakukan 30 hari sebelum tanggal 12 Rabi’ul Awal. Setiap harinya warga akan mengadakan tausiyah di rumah-rumah secara bergiliran.

Selain itu, tausiyah juga mereka gelar di Masjid Agung pada 12 Rabi’ul Awal. Uniknya, para wanita ramai-ramai datang ke masjid dengan membawa tampah yang berisikan tumpeng dilengkapi sayur-sayuran, buah, uang, juga makanan instan.

Usai tausiyah dan doa bersama digelar, mereka langsung mengelilingi tampah-tampah yang berisi makanan tersebut. Setelahnya, isi tampah yang ada kemudian dibagikan ke seluruh warga.

4. Jawa Barat. Ada dua daerah di wilayah Jawa Barat yaitu Cirebon dan Garut, mereka menggelar maulid nabi erat kaitannya dengan pusaka peninggalan para wali. Misalnya di Cirebon, para warga mengarak pusaka-pusaka, sesajen makanan, serta tujuh piring besar dalam ritual yang disebut Panjang Jimat.

Panjang Jimat kemudian dibuka dengan sebuah arak-arakan yang dibawa ke Keraton. Setelahnya, sesajen yang ada di dalam arakan dibungkus serta dibagikan kepada warga.

Selanjutnya di Garut, tak jauh berbeda, para warga melakukan sebuah tradisi yaitu membersihkan pusaka peninggalan Sunan Rahmat Suci dengan air bunga. Sebagaimana diketahui, Rahmat Suci adalah tokoh yang berjasa menyebarkan agama Islam di daerah Garut. Kegiatan ini dinamakan upacara Ngalungsur Pusaka.

5. Padang. Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW di Padang Pariaman dioeringati dengan tradisi yang bernama Bungo Lado. Bungo Lado sendiri identik dengan pohon-pohon hias yang rantingnya ditempel berbagai uang kertas usai dikumpulkan dari warga.

Selanjutnya, pohon uang tersebut dibagikan ke masjid ataupun mushalla sekitar. Dengan tujuan untuk membantu dalam memperbaiki ataupun membangun rumah ibadah. Hal tersebut wujud dari rasa syukur masyarakat terhadap rezeki yang telah didapat.

6. Banyuwangi dan Bali. Disana, hari kelahiran nabi dirayakan lewat acara yang dinamakan Pawai Endog atau biasa disebut telur. Tradisi ini telah berjalan selama ratusan tahun, sejak Islam diperkenalkan ke Banyuwangi oleh Sunan Giri.

Dalam pergelaran Pawai Endog, ribuan telur rebus dihias yang ditusuk menggunakan kayu, lalu ditancapkan ke batang pohon pisang. Selain telur, batang pohon pisang juga dihias dengan beragam dekorasi kertas. Nantinya, usai diarak, telur-telur rebus tersebut akan diperebutkan para warga.

7. Warga Panton Ree Aceh Barat. Wilayah Aceh ini punya tradisi yang cukup unik untuk merayakan maulid nabi. Mereka melakukannya dengan berdzikir. Namun, yang membedakan adalah jika dzikir biasa dilakukan sambil duduk, dzikir dalam perayaan ulang tahun nabi dilakukan sambil berdiri.

Dzikir dengan cara ini merupakan bentuk kegembiraan akan kelahiran nabi Muhammad. Acara dzikir ini kemudian ditutup dengan idang meulapeh, atau makan-makan berbagai hidangan yang jumlahnya pun melimpah bersama-sama.

Ketujuh tradisi unik diatas adalah bagian dari tradisi dalam menyambut hari kelahiran nabi. Namun, meski adanya sebuah perbedaan dalam cara perayaan, tujuannya adalah sama, yaitu menyambut gembira dengan datangnya bulan lahir Nabi Muhammad SAW.***

Editor: Fachrulrazi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x