PKA-8 Akan Digelar Pada Agustus 2023, Simak Sejarah Pelaksanaan PKA dari Masa ke Masa

24 Maret 2023, 19:10 WIB
Taman Ratu Sri Safiatuddin/Cut Ricky FR/JurnalAceh /

JURNALACEH.COM - Sejak tahun 1958 Pemerintan Aceh telah menggelar perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh. Pada tahun ini perhelatan yang kedepannya akan mengambil 4 lokasi di Kota Banda Aceh, seperti diantaranya Lapangan Tugu Darussalam, Blang Padang, Taman Ratu Safiatuddin dan Stadion Harapan Bangsa.

Perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang ke - 8 ini berlangsung selama 10 hari sejak 19 - 27 Agustus 2023. Pada perhelatan nantinya, Pemerintah Aceh akan mengangkat kembali seluruh khazanah kebudayaan masyarakat dari berbagai etnis yang ada di Aceh.

Adapun tujuannya adalah agar masyarakat dan generasi muda Aceh dapat mengetahui kekayaan dan keaslian budayanya sendiri, di samping juga sebagai alat untuk meperkuat memperkuat status Aceh sebagai destinasi wisata budaya kepada dunia luar.

Baca Juga: Keren! Berwisata ke Bukit Watu Ireng Pekalongan, Abadikan Momen Serumu di Panorama Alam Yang Cantik

Upaya pelestarian dan penguatan kembali unsur-unsur kebudayaan Aceh, maka PKA-8 mengangkat tema “Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia”. Tema ini dianggap menjadinmenjadi penting karena Aceh telah menempatkan diri sebagai salah satu daerah titik jalur rempah nusantara.

Pada perhelatan PKA - 8 nantinya akan banyak diisi olej berbagai macam event seperti pertunjukan, anekan macam perlombaan, festival, pameran, seminar, hingga anugera budaya.

Sejarah penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Aceh

PKA ke - 1 tahun 1958

Pertama sekali terbentuk pada tahun 1957 lembaga kebudayaan Aceh yanh diketuai Mayor T. Hamzah yang mana lembaga ini menjadi cikal balakan terselenggara PKA yang pertama kali pada tahun 1958.

Baca Juga: Update Terbaru Harga Emas Hari Ini di Aceh Utara, Yuk Kita Cek!

PKA yang pertama digelar di Gedung Balai Teuku Umar Kutaraia pada 12-23 Agustus 1958 ini mengambil tema “Adat bak Poteumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala”.

Berdasarkan piagam blang padang, tujuan dari pelaksanaan PKA yang pertama kali di Aceh adalah untuk hidupkan kembali pengembanhan pembangunan Aceh yang berlandaskan nilai budaya.

Isi dari Piagam Blang Padang itu sendiri adalah menghidupkan kembali adat istiadat dan kebudayaan Aceh dalam setiap gerak pembangunan Aceh dan masyarakatnya. “Piagam Blang Padang” terus ditindaklanjuti hingga 14 tahun kemudian yang ditandai dengan penyelenggaraan PKA II.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Menu Takjil Kekinian Ramadhan 2023 untuk Buka Puasa

PKA ke - 2 tahun 1972

Berhasilnya perhelatan PKA pertama pada tahun 1958 yang mana berhasil wujudkan cita - cita rakyat Aceh dalam bidang pendidikan dengan dibuat serta diresmikannya kota pelajar dan mahasiswa (Ko-Pelma) Darusallam Banda Aceh.

Adapun sejumlah tokoh besar Aceh turut berperan seperti Muzakkir Walad (Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh), Mayjen Aang Hanafi yang merupakan Pangdam Iskandar Muda, Marzuki Nyakman Wakil Gubernur Aceh, Brigjen A Rivai Harahap, Kepala Staf Kodam I dan Prof. A. Madjid Ibrahim yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor Universitas Syah Kuala.

Adapun PKA 2 diadakan untuk meningkatkan ketahamam nasional yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, bu-daya, militer, hankam, dan agama. PKA 1972 juga upaya untuk mebuka kembali isolasi dan ketinggalan daerah Aceh di segala bidang, terutama prasarana fisik, ekonomi, dan sosial budaya. Kali ini, rangkaian dikemas berbeda dari sebelumnya.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Tempat Wisata di Dieng Wonosobo Paling Hits 2023, Panorama Alamnya Bikin Mata Seger

PKA ke - 3 tahun 1988

Tepat pada 16 tahun tepat pada tahun 1988 Pemerintah Aceh kembali menggelar perhelatan PKA untuk yang ke - 3 kalinya, bertempat dilapangan Blang Padang Banda Aceh, pelatan periode ini adalah untuk menguatkan kembali nilai-nilai agama, tradisi, ideologi, ekonomi, hankam, dan sosial budaya masyarakat Aceh.

PKA ke - 4 tahun 2004

Setelah lama tidak ada, masyarakat Aceh kembali menilmati meriahnya perhelatan PKA ke - 4 pada tahun 2004, pada perhelatan ini pula menandakan ditetapkannya Taman Sri Ratu Safiatuddin yang ada di Lampriet Bansa Aceh sebagai pusat penyelenggaraan PKA.

sejumlah miniatur budaya Aceh dibangun di sana, seperti membangun anjungan dari masing-masing kabupaten/kota di Aceh serta berbagai macam alat pendukung lainnya agar perhelatan ini dapat berlangsung dengan meriah.

Baca Juga: Sinopsis Novel Suhita: Kisah Pilu Wanita yang Mengalami Perjodohan di Pondok Pesantren

PKA ke - 5 tahun 2009

Pelaksanaan PKA yang ke 5 menjadi titik baliknya pemulihan kehidupan masyarakat Aceh yang pada 26 desember 2004 dilanda gempa bumi dan tsunami. Telebih pada pada tahun 2005 Pemerintah Aceh dan Pemerintah RI resmi menandatangani perjanjiam damai sebagai tanda berakhirnya peperangan.

PKA periode ini mengangkat tema “Satukan Langkah, Bangun Aceh dengan Tamaddun”. Kegiatannya antara lain parade budaya, gebyar seni, seminar budaya, aneka lomba permainan rakyat, dan expo.

PKA ke - 6 tahun 2013

Dengan mengangkat tema "Aceh Satu Bersama" PKA ke - VI berlangsung dari -29 September 2013 di Taman Sulthanah Safiatuddin. Helatan kali ini ingin membentuk kepribadian masyarakat Aceh yang lebih berbudaya, juga untuk menumbuhkan pemahaman, pengamalan, dan pelestarian nilai budaya daerah yang lebih luhur dan beradab untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai agama.

PKA ke - 6 juga dijadikan sebagai adat dan budaya Aceh produk budaya serta pariwisata Aceh sehingga menjadi perekat keberagaman budaya bagi masyarakat Aceh.

Baca Juga: Sinopsis Novel Suhita: Kisah Pilu Wanita yang Mengalami Perjodohan di Pondok Pesantren

PKA ke - 7 tahun 2018

Tema yang diangkat pada PKA ke - 7 ini “Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat”, adapun ini dikarenakan kebudayaan Aceh sangat identik dengan nilai-nilai syariat. Religi telah menjadi fokus kebudayaan Aceh sejak Islam pertama kali masuk ke Nusantara melalui daerah Aceh.

Patut di kata, perhelatan PKA-7 bagaikan sebuah sempena yang sakral untuk mengembalikan jati diri budaya orang Aceh yang hebat dengan nilai-nilai syariat.

PKA-VII diisi dengan berbagai kegiatan antaranya pawai budaya, pameran dan eksibisi, lomba atraksi budaya, festival seni dan budaya, seminar kebudayaan dan kemaritiman, serta anugerah budaya.

Dengan dilaksanakannya PKA-VII diharapkan dapat mengembalikan semangat orang Aceh yang hebat dengan kesadaran berbudaya. Hal itu agar menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebudayaan Aceh yang islami, sebagai identitas budaya yang mencerminkan jati diri masyarakat itu sendiri.***

Update berita dan artikel menarik lainnya di Google News

 

Editor: Fauzi Jurnal Aceh

Tags

Terkini

Terpopuler