Ribuan Jamaah Suluk Padati Labuhan Haji

- 26 April 2021, 21:21 WIB
Acara pengajian sebagai rangkaian kegiatan suluk di Dayah Darul Ihsan Labuhan Haji, Aceh Selatan. Dayah ini dipimpin oleh  Abuya Syekh Amran Waly Al-khalidy.
Acara pengajian sebagai rangkaian kegiatan suluk di Dayah Darul Ihsan Labuhan Haji, Aceh Selatan. Dayah ini dipimpin oleh Abuya Syekh Amran Waly Al-khalidy. /Jurnal Aceh/Saradi Wantona/



JURNAL ACEH-Ribuan jamaah memadati Dayah Darul Ihsan, di Labuhan Haji, Aceh Selatan. Mereka datang dari berbagai daerah di nusantara untuk mengikuti suluk.

Suluk di dayah (pondok pesantren) ini menjadi agenda yang dinanti para jamaah. Selama Ramadan, mereka akan dibimbing langsung oleh pemimpin Dayah Darul Ihsan Labuhan Haji, Abuya Syekh Amran Waly Al-khalidy.

“Ini adalah ritual ibadah dalam bimbingan kerohanian untuk taat dan dekat kepada sang Khaliq,” kata Penasehat Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf-Indonesia, Tengku Syukri Daud alias Abi Pango, Senin, 26 April 2021.

Tahun ini, kata Abi Pango, jamaah datang dari berbagai daerah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Gorontalo.

Selama menjalani ritual ini, kata Abi Pango, para jamaah diajak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melepaskan urusan bersifat keduniawian. Pengikut suluk dilarang memakan makanan mengandung darah, tidak mengonsumsi makanan melezatkan.

Selama di pesantren, mereka hanya memakan nasi dan sayuran. Porsi makanan pun dikurangi. Mereka juga tidak diperkenankan berhubungan dengan masyarakat luar. Hal-hal tersebut dinilai dapat membawa kelalaian untuk beribadah.

Abi Pango mengatakan kegiatan ini dimulai sejak awal Ramadan. Jamaah terdiri dari berbagai kalangan. Pria dan wanita. Mereka dapat memilih untuk mengikuti suluk 10 hari atau 20 hari. Bahkan ada yang menjalankan suluk selama Ramadan dan berlebaran di dayah itu.

“Selama Ramadan, biasanya jamaah terus berdatangan, hingga Idul Fitri,” kata Abi Pango.

Hari-hari mereka diisi dengan salat lima waktu berjamaah dan melaksanakan salat sunah, terutama tarawih. Mereka juga diajak untuk memperbanyak zikir; bertawajjuh, hingga larut malam.

Pada pagi hari, mereka diajak berolah raga dan membersihkan lingkungan pesantren. Intinya, kata Abi Pango, mereka diajak untuk hidup sederhana selama menjalani ritual ini.***

Editor: Decky Rissakota


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah