Dewa Matahari di Kabupaten Lebak Banten Dinyatakan Mengalami Gangguan Jiwa

- 14 Juli 2022, 17:25 WIB
Dewa Matahari di Lebak Banten bukan penistaan agama.
Dewa Matahari di Lebak Banten bukan penistaan agama. //Facebook.com/ HUMAS Polres LEBAK/


JURNALACEH.COM - Polres Kabupaten Lebak melalui Kasat Reskrim Polres Lebak AKP Induk Rusmono terus melakukan pemeriksaan terhadap Natrom, seperti kesehatan kejiwaan.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan tambahnya, membuahkan hasil serta menyatakan bahwa Natrom terindikasi gangguan kejiwaan psikopatologi.

"Selain itu kita juga sudah melakukan pemeriksaan terhadap diduga pelaku saudara NT als AY ke dokter spesialis kejiwaan dan dari hasil  pemeriksaan tersebut yaitu yang bersangkutan diindikasikan gangguan kejiwaan," ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Dulunya Hadir Nabi Palsu, Sekarang Sudah Hadir Dewa Matahari

Tambahnya, “Psikopatologi yaitu diketemukan gejala gangguan jiwa yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga disarankan kontrol dan minum obat ke psikiater, sesuai dengan nomor  surat : 001/SKKJ/RSUD/VII/2022, tanggal 12 Juli 2022, sehingga tidak memenuhi unsur tindak pidana," jelasnya, dikutip JurnalAceh.com dari laman PMJNews.com, Kamis 14 Juli 2022.

Sebelumnya diketahui, salah serang warga di Kabupaten Lebak Banten dilaporkan karena telah melakukan dugaan penistaan agama, dimana terduga penista agama tersebut mengaku jika dirinya diutus sebagai dewa matahari.

Dewa Matahari adalah dewa atau dewi dalam mitologi yang mewakili Matahari, atau aspek dari matahari, biasanya kekuatan yang dirasakan dan kekuatan. Dewa dan penyembahan Matahari dapat ditemukan di sebagian besar sejarah yang tercatat dalam berbagai bentuk.

Baca Juga: Luka Lama Belum Sembuh, Kini Muncul Luka Baru, Begitulah yang di Alami Keluarga Alm Brigadir J

KH Musta’in Syafii dalam kajian Kitab Tafsir Jalalain, secara virtual, baru-baru ini, menjelaskan, jejak penyembahan manusia kepada matahari dan benda-benda langit lainnya mulai dihapus ketika Islam datang. Misalnya, dalam pengkalenderan, Islam memiliki nama-nama hari yang diambil dari makna bilangan.

“Hari Minggu dalam Islam itu namanya Ahad. Ini untuk menghapus tradisi jahiliyah yang mendewakan matahari. Maka orang barat itu menamai hari minggu dengan kata Sunday (Sun-Day), yaitu harinya dewa matahari. Hari senin dengan Monday, yakni harinya dewi rembulan,” kata KH Musta’in.***

Halaman:

Editor: Muharryadi

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x