Tragis! Dalang Perundungan dan Pemaksaan Bocah Setubuhi Kucing Hingga Tewas di Tasikmalaya Anak SD

- 21 Juli 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi bullying.
Ilustrasi bullying. /Pexels/Mikhail Nilov/

JURNALACEH.COM- Bocah asal Tasikmalaya terpaksa kehilangan nyawa, usai mendapat perlakuan tak menyenangkan dari teman-temannya. Tragisnya, pelaku masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Kejadian berawal saat ia dipaksa oleh teman-temannya untuk menyetubuhi seekor kucing. Tak sampai disitu, pelaku bahkan merekam dan menyebarkan video tersebut.

Akibatnya, korban yang berinisial F depresi dan tak keluar rumah, akhirnya kondisi kesehatan pun memburuk hingga meninggal dunia.

Baca Juga: Bullying Memang Kejam, Akibatnya Nyawa Anak SD Tasikmalaya Hilang, Sungguh Sangat Memilukan

Menurut keterangan ibu korban, bukan kali pertama anaknya menjadi sasaran bully oleh teman-temannya. Bahkan tindakan kekerasan juga sering korban terima.

Namun, puncaknya adalah saat korban yang baru duduk di kelas VI Sekolah Dasar dipaksa setubuhi seekor kucing oleh temannya.

Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto, video tersebut telah menyebar di media sosial, sehingga akhirnya peristiwa itu bisa diketahui.

“Korban diduga sempat mengalami dugaan perundungan, sampai depresi, dan akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tidak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainannya,” ujar Ato.

Baca Juga: Jika Maming Mangkir Lagi, LPSAK Desak KPK Jemput Paksa

Akibat dari perundungan (bully) itu, korban terlihat murung dan enggan keluar rumah. Bahkan, korban menolak untuk makan dan minum.

Sampai akhirnya korban dilarikan ke rumah sakit, setelah sering mengeluhkan sakit tenggorokan. Korban meninggal dalam masa perawatan.

Suasana duka pun menyelimuti rumah korban yang berada di Desa Sukaasih, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Saat ditemui di rumahnya, kondisi orangtua korban, masih terpukul dan berduka atas kepergian anaknya.

Ato menyebut akan mendampingi keluarga korban dalam proses pemulihan psikologis, dan juga pendampingan dalam proses hukumnya.

“Kedua orangtua korban masih belum stabil kondisi psikisnya. Oleh karena itu, kami tawarkan pendampingan dan pemulihan psikologis, juga mungkin mendampingi dalam proses hukumnya,” kata Ato Rinanto seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya.

Disamping itu, Panir Reskrim Polsek Singaparna Aipda Dwi Santoso, mengaku belum menerima laporan soal kejadian tersebut.

Tapi, meski begitu pihaknya segera datang ke lokasi untuk melakukan pendalaman dan penyelidikan kasus tersebut.

“Kami belum menerima laporan. Namun, anggota kami segera ke lokasi untuk proses pendalaman,” ujar Dwi Santoso.***

Editor: Fachrulrazi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x