Sejarah Aceh: Awal Mula Masuknya Kopi di Kesultanan Aceh Darussalam

- 9 Januari 2022, 16:08 WIB
Ilustrasi Buah Biji Kopi
Ilustrasi Buah Biji Kopi /Pexels

JURNALACEH - Kesultanan Aceh merupakan produsen lada terbesar dunia pada abad ke-19.

Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, tanaman lada merupakan mata pencaharian utama sebagaimana padi.

Tome Pires (1512-1515) mencatat, pada masa Kesultanan Aceh, pelabuhan Pidie dan Pasai ketika itu memperdagangkan lada sebanyak 16.000 bahar atau sekitar 2.718 ton pertahun.

Baca Juga: Inilah Beberapa Rahasia dari Bentuk Bibir yang Mencerminkan Karakter Seseorang

Baca Juga: Coba Padukan Kemeja dengan Outfit Ini Biar Penampilan Makin Kece dan Stylish

Baca Juga: Berikut Spoiler Episode 8 Drama Snowdrop Beserta Link Streaming Bahasa Indonesia

Bahkan sampai menjelang akhir abad ke-19 sebelum Belanda menyerang Kesultanan Aceh.

Aceh merupakan produsen lada utama di dunia. Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh.

Perang tersebut berlanjut sampai 1904. Sultan Muhammad Daudsyah ditangkap oleh Belanda pada Januari 1904.

Perang besar berakhir tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut sampai Belanda angkat kaki dari Aceh selama-lamanya di tahun 1942.

Perang dengan Belanda telah membuat kejayaan lada Aceh tinggal kenangan.

Baca Juga: Manfaat Aplikasi ELSA untuk Fasih Berbahasa Inggris Secara Cepat

Tanaman kopi awalnya dibawa Belanda pada abad XVII melalui Batavia (sekarang Jakarta) untuk ditanam di Aceh tahun 1908.

Kopi yang pertama sekali diperkenalkan adalah kopi jenis Arabica pertama sekali dibudidayakan di Utara Danau Lut Tawar.

Di dunia, kopi bisa dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu kopi arabica dan kopi robusta.

Di Aceh kedua jenis kopi ini dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Kopi jenis Arabica umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo, termasuk Takengon, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues.

Sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat, masyarakat mengembangkan kopi jenis Robusta.

Baca Juga: Pizza Hut Makanan Khas Italia Milik PepsiCo, Ternyata Didirikan oleh Carney Bersaudara 

Belanda memerintahkan masyarakat sendiri pada saat itu mereka menyuruh konsumsi kopi jenis Robusta, sedangkan Arabica untuk dikonsumsi sendiri (Belanda) dan untuk di ekspor.

Kopi Gayo merupakan komoditas kopi premium yang diakui dunia. Sebagaimana dikutip Jurnalaceh.com dari postingan akun Atjeh Darussalam yang diunggah pada 8 Januari 2022.

Di Aceh Belanda menemukan sebuah dataran tinggi luas yang dikenal dengan nama Tanah Gayo terletak di jantung wilayah ini.

Berdasarkan riset yang mereka lakukan ternyata sangat cocok untuk ditanami Kopi,
dan dari sinilah keajaiban itu bermula.

Di Tanah Gayo, Belanda membangun basis pemerintahannya di Takengon yang terletak tepat di tepi danau Lut Tawar yang permukaannya ada di ketinggian 1250 mdpl.

Belakangan kota ini berkembang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan dan menjadi kota terbesar di Tanah Gayo.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari ini 8 Januari 2022, Aries dan Taurus akan Mendapatkan Uang Tidak Terduga

Perkebunan kopi pertama yang dikembangkan Belanda di daerah yang bernama Belang yang terletak tidak jauh dari Kota ini.

Sampai hari ini, daerah ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Tanoh Gayo.

Dari Belang Gele, Kopi tersebar ke segala penjuru Tanah Gayo yang berhawa dingin.

Di tahun 1924 Belanda dan investor Eropa telah memulai menjadikan lahan didominasi
Di tahun 1924 Belanda.

Dan investor Eropa telah memulai menjadikan lahan didominasi tanaman kopi, teh dan sayuran (John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics, Gayo History 1900-1989, halaman 76).

Baca Juga: 4 Efek Samping Konsumsi Air Lemon Terlalu Banyak

Kemudian pada Tahun 1933, di Takengon, 13.000 hektar lahan sudah ditanami kopi yang disebut Belanda sebagai komoditas "Product for future".

Masyarakat gayo, tulis John R Bowen, sangat cepat menerima (mengadopsi) tanaman baru dan menanaminya di lahan-lahan terbatas warga.

Perkampungan baru di era tersebut, terutama di sepanjang jalan dibersihkan untuk ditanami kopi kualitas ekspor.***

Editor: Yunita

Sumber: Facebook Atjeh Darussalam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah