Hal lain yang membuat sirup Cap Patung begitu digemari karena terbuat dari 100% gula murni. Kala itu ada banyak sirup yang hadir dengan pemanis buatan, sehingga Cap Patung menjadi satu-satunya pilihan yang tepat untuk dinikmati hingga saat ini.
Aroma raspberry dari sirupnya juga sangat memikat bagi pecinta minuman manis. Rasanya memang agak asing pada awal sirup ini lahir, tapi rasa itulah yang kemudian akrab bagi lidah konsumen di Aceh. Padahal raspberry bukanlah tanaman yang dapat ditemukan di daratan Aceh.
3. Kemasan yang Tidak Berubah
Pengemasan sirup Cap Patung dari masa ke masa tidak mengalami perubahan. Bentuk botol yang digunakan masih menyerupai botol kecap tempo dulu. Hanya saja warna botolnya yang sedikit berbeda, dulu botolnya berwarna hijau sehingga warna merah sirupnya tak jelas kelihatan. Saat ini botolnya bening tapi masih dengan stiker yang sama.
4. Sempat Hilang dari Peredaran
Awal tahun 1990-an, sirup yang telah populer di Aceh ini kemudian hilang dari peredaran. Tidak ada yang tahu alasan pasti dari penutupan pabriknya di Gampong Mulia. Namun tak lama setelah itu, sirup ini kembali beredar dengan keterangan label produksi baru di Medan. Usaha Elias Hudaya itu kini dilanjutkan oleh putranya, Jonas Hudaya.
Baca Juga: 5 Ide Minuman Buka Puasa yang Enak dan Segar, Yuk Catat Resep Sederhananya Dijamin Ketagihan
Meskipun tak lagi diproduksi di Aceh, eksistensi sirup Cap Patung masih menguasai Tanah Rencong. Bahkan kehadiran sirup populer seperti Marjan pun seolah terkalahkan.