Dilobi Menkeu Sri Mulyani Setor Dana Kesehatan ke FIF, Begini Respons Menteri Ekonomi Brasil

14 Juli 2022, 14:14 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Rabu 13 Juli 2022 /Ade Alkausar/

JURNALACEH.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani terus melobi banyak negara untuk mendukung pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF). FIF adalah salah satu target capaian (deliverable) agenda Finance Track G20 Indonesia.

Salah satu yang dilobi Menkeu adalah Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes. Keduanya menggelar pertemuan sehari sebelum perhelatan Pertemuan Ketiga Finance Minister and Central Bank Governor (FMCBG) dimulai, Rabu (13/7) lalu.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua menteri membahas agenda prioritas Presidensi G20 terkait penanganan masalah global seperti ancaman pandemi, dampak perubahan iklim, serta eskalasi konflik geopolitik yang memicu dampak pada bidang pangan, energi, dan inflasi.

Baca Juga: Mayat Brigadir J Ditemukan di Bawah Tangga, Proyektil, Dinding Bekas Tembakan Hingga CCTV Rusak

Dalam pengantarnya, Menkeu Sri Mulyani menyampaikan banyaknya dukungan dari negara-negara di dunia, bahkan di luar negara anggota G20, terhadap pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF), yang juga menjadi salah satu hasil capaian (deliverable) agenda Finance Track G20 Indonesia.

“Dengan total komitmen kontribusi sebanyak USD1,1 miliar sejauh ini, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk memberikan USD50 juta dalam mendukung pembentukan FIF sebagai upaya antisipatif terhadap dampak risiko pandemi pada masa mendatang”, ujar Menkeu.

Menkeu pun mengharapkan dukungan dan partisipasi Brasil dalam pembentukan FIF tersebut. Menanggapi hal tersebut, Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes menyatakan dukungannya terhadap agenda Joint Finance and Health Taskforce (JFHTF) dan Sustainable Finance dalam Presidensi G20 Indonesia.

Baca Juga: Ketemu Menkeu China, Sri Mul Pamer Indonesia Sudah Setor Dana Kesehatan Hampir Rp 1 Triliun ke FIF

Terkait Sustainable Finance, Brasil memandang perlu memaksimalkan prinsip polluters- pay, yang diharapkan mampu memaksimalkan secara nyata kontribusi negara-negara penghasil emisi terbesar dan memberikan penghargaan (reward) kepada negara-negara yang menjaga dan mengawal kelestarian hutan, sehingga dapat mengakselerasi tercapainya tujuan Nationally Determined Contribution (NDC) dan Emisi Nol Bersih (Net Zero Emission/NZE).

Menkeu Sri Mulyani menanggapi secara positif dengan menambahkan dalam mencapai tujuan nir- emisi NDC dan NZE dimaksud, perlu juga melestarikan sumber daya hayati, terutama yang berasal dari hutan. Indonesia juga telah mengambil langkah untuk mengembangkan energi terbarukan secara serius dan menerapkan strategi Mekanisme Transisi Energi yang Adil dan Terjangkau (Just and Affordable Energi Transition Mechanism).

Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes dan Menkeu Sri Mulyani sepakat bahwa konflik geopolitik dan berbagai respon kebijakannya memiliki dampak terhadap dunia dan memicu krisis pangan global.

Baca Juga: Masih Perang, Rusia dan Ukraina Tetap Kirim Delegasi ke 3rd FMCBG G20 di Bali, Bahas Krisis Pangan

Menkeu Sri Mulyani juga turut menekankan pesan dari Presidensi G20 Indonesia mengenai ajakan deeskalasi tensi geopolitik demi meredam dampak penyebaran (spillover effect) yang telah dirasakan secara global di berbagai bidang, seperti pangan, energi, dan inflasi. Hal ini semakin mendorong peran penting dari forum kerja sama multilateral seperti forum G20 untuk mengakhiri konflik tersebut.

Menkeu Sri Mulyani juga turut mengundang Paulo Guedes untuk hadir dalam salah satu side event FMCBG ketiga, yaitu seminar mengenai Food Insecurity pada 15 Juli 2022. Diskusi mengenai isu ketahanan pangan yang sedang melanda berbagai negara di dunia berpotensi mengarah pada pembentukan tim kerja yang serupa dengan JFHTF, yaitu Joint Finance and Agriculture Taskforce.

Kedua pihak juga mendiskusikan pentingnya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara. Menkeu khususnya menyatakan pentingnya diversifikasi mitra dagang di tengah dinamika global yang dapat mengancam hubungan dagang dengan mitra tradisional.***

Editor: Ade Alkausar

Tags

Terkini

Terpopuler