Wow, Kapal Pinisi Asal Sulawesi Jadi Google Doodle 7 Desember 2023, Ini Sejarahnya

7 Desember 2023, 21:31 WIB
Google Doodle Rayakan Kapal Pinisi Pertama Sebagai Warisan Budaya Dunia pada 7 Desember 2023./doodles-google /

JURNALACEH.COM - Hari ini, Kamis (7/12/2023), Google Doodle menggambarkan keelokan dan keajaiban kapal pinisi, salah satu simbol kebudayaan dan kemaritiman Indonesia yang meraih pengakuan global. Dalam pernyataan resminya, Google menuliskan, "Doodle hari ini merayakan pinisi, kapal tradisional Indonesia yang digunakan sejak berabad-abad lalu."

Kapal pinisi, sebuah karya megah dari masyarakat Bugis, terutama di daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan, telah menorehkan jejak sejarahnya sejak abad ke-14 atau sekitar tahun 1400-an.

Sebagai perahu yang menggabungkan keindahan seni, kekuatan, dan fungsionalitas, kapal pinisi bukan hanya sekedar alat transportasi, perdagangan, dan penjelajahan, tetapi juga menjadi saksi perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Baca Juga: Sosok Legenda Kardiologi, Ini Peninggalan dan Warisan Victor Chang yang Ultahnya Diperingati di Google Doodle

Penggunaan kapal pinisi tidak hanya terbatas di perairan lokal, melainkan mencakup perjalanan jauh hingga ke Madagaskar, Afrika, dan Australia. Kemampuannya sebagai kapal tangguh, cepat, dan mampu mengangkut muatan yang besar telah menjadikannya bintang di lautan internasional.

Salah satu keistimewaan yang melekat pada kapal pinisi adalah proses pembuatannya yang masih sangat tradisional, diiringi oleh nilai-nilai budaya yang kaya. Dibuat dengan teliti di bibir pantai, menggunakan kayu pilihan yang diukir dan disambung dengan cara khusus, kapal pinisi menjadi nyata sebagai warisan yang hidup dari keahlian para pembuatnya.

Lebih dari sekadar pembuatan kapal, proses ini juga mengandung makna mendalam melalui ritual-ritual adat, mulai dari pemilihan hari baik, pemotongan pohon, pemasangan tiang, hingga peluncuran kapal ke laut. Gotong royong dari para pembuat kapal, yang memiliki keahlian turun temurun, menjadi jati diri dari proses ini.

Bentuk khas kapal pinisi, dengan dua tiang utama yang membawa tujuh helai layar berbentuk segitiga, menjadi ciri khas yang menawan. Tujuh layar tersebut bukan hanya sekedar elemen desain, melainkan simbol dari keberanian nenek moyang bangsa Indonesia dalam mengarungi tujuh samudera di dunia.

Baca Juga: Tips Mudik 2023: Cara Memakai Google Maps yang Benar, Pemudik Wajib Tahu

Google memberikan tambahan informasi yang menarik, "Kapal pinisi modern pertama dibuat pada tahun 1906. Dengan mengambil inspirasi dari gaya tali-temali Eropa, mereka menyadari bahwa dengan menghilangkan tiang buritan di tengah, kapal dapat melaju lebih cepat - sebuah keuntungan besar dalam mengangkut kargo dan masyarakat." Era ini menandai langkah awal kapal pinisi menuju adaptasi modern, membuktikan kemampuannya untuk tetap relevan di era yang terus berkembang.

Pada dekade 1980-an, masyarakat memberikan sentuhan inovatif dengan menambahkan mesin pada perahu pinisi. Setelah bertahun-tahun berbagi desain secara lisan, cetak biru kapal tersebut secara resmi dikodifikasi pada tahun 90an, membawa kapal pinisi ke arah modernisasi yang tetap memelihara keunikan dan keindahannya.

Warisan pembuatan kapal di Sulawesi Selatan terus berkembang hingga saat ini. Perahu pinisi bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga pilihan utama untuk perjalanan memancing dan ekspedisi wisata, menunjukkan kesinambungan antara tradisi dan kebutuhan modern.

Pada tahun 2017, kapal pinisi mendapatkan penghormatan tinggi ketika UNESCO menetapkan "Pinisi: Seni Pembuatan Kapal di Sulawesi Selatan" sebagai Warisan Budaya Dunia dalam kategori warisan budaya takbenda. Penghargaan ini adalah penegasan dunia terhadap kekayaan dan kearifan lokal Indonesia di bidang kemaritiman.

Baca Juga: Profil dan Karya Sapardi Djoko Damono, Sosok Penyair Legendaris yang Muncul di Google Doodle

Sebagai simbol kemaritiman Indonesia yang mendunia, kapal pinisi melambangkan kebesaran dan ketangguhan bangsa. Google Doodle hari ini bukan hanya sekedar gambaran visual, tetapi sebuah penghormatan terhadap warisan yang terus berkembang dan tetap hidup dalam benak setiap generasi Indonesia.***

Editor: Fauzi Jurnal Aceh

Tags

Terkini

Terpopuler