JURNALACEH.COM- Teuku Umar adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan strategi perang yang munpuni, beliau berasal dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
Teuku Umar lahir pada tahun 1854 di Meulaboh, Meulaboh, Aceh Barat. Ayahnya bernama Teuku Ahmad Mahmud dan ibunya bernama Tjut Mohani. Pasangan ini akan memiliki tiga anak bersaudara: Teuku Musa, Tjut Intan, dan Teuku Mansur.
Teuku Umar berjuang untuk melindungi Aceh dari Belanda dengan dalih bekerja sama dengan Belanda, sehingga memberinya kepercayaan penuh untuk memimpin tentara dalam pemasangan senjata.
Baca Juga: Catat, Nilai Ambang Batas PPPK Guru 2022, Resmi dari Menteri PANRB
Menurut beberapa sumber, Tek Umar mengangkat senjata dan melawan Belanda sejak usia 19 tahun, ketika invasi Belanda pertama dimulai pada tahun 1873. Teuku Umar adalah orang yang fasih dalam semangat Aceh, mampu menarik pengikut dengan kepribadiannya yang murah hati dan ceria, dan untuk memenangkan kerjasama mereka dengan mengobarkan perang yang disebut perang sabil.
Pada tahun 1887 Teuku Umar menjabat Panglima Pertahanan Rakyat bersama Kuchik Gampong Dalat (sekarang Kabupaten Yohan Palawan) dan pada tahun 1878 bersama Tek Chiku Abdullahman Belanda menyerang Mulabo. Uribaran Moorabo, Putra Mahkota Teuk Chik Ali.
Pada tahun 1889, ia diangkat menjadi Laksamana Aceh Barat/Amirul Bahar atau Panglima Raot oleh Sultan Aceh. Ia aktif mendukung keuangan Sultan, Teungku Tjik Ditiro dan Panglima Polem melalui dana rutin Sabil.
Baca Juga: Ingin Daftar Rekrutmen Kementerian Perhubungan PPPK 2022? Simak berikut Formasi dan Jadwal Seleksi
Teuku Umar berdamai dengan Belanda pada tahun 1883. Namun, setahun kemudian, perang pecah lagi. Sembilan tahun kemudian, tepatnya tahun 1893, Tek Umar mulai mencari cara untuk mengalahkan Belanda dari 'dalam'. Dia kemudian berpura-pura menjadi antek Belanda. Tindakan ini membuat bingung dan mempermalukan Cat Nyak Dien dan membuatnya marah.
Teukue Umar mendapat kepercayaan dari Belanda atas kiprahnya menaklukkan beberapa benteng pertahanan di Aceh. Ia kemudian diberi gelar Johan Palawan dan kebebasan untuk menghimpun pasukannya sendiri yang berjumlah 250 orang bersenjata dari Belanda. Belanda tidak tahu bahwa itu hanya tipu muslihat Tek Umar yang dulu pernah bekerja sama dengan para pejuang Aceh, saya sambut dengan baik. Di antara mereka ada Panglot sebagai tangan kanannya.