Eksistensi Sirup Cap Patung di Aceh Selama Ramadhan, Ngalah-Ngalahi Sirup Marjan

29 Maret 2023, 11:59 WIB
Sirup Cap Patung /FOTO: NET

JURNALACEH.COM- Ramadhan di Indonesia selalu ditandai dengan munculnya berbagai iklan sirup, tak terkecuali sirup Marjan. Meskipun populer di seluruh pelosok Indonesia, tapi eksistensi Marjan di Aceh terkalahkan dengan sirup Cap Patung. Kepopuleran sirup yang aslinya bermerek Kurnia itu juga melahirkan istilah ‘orang Aceh, apapun iklannya, sirupnya tetap Cap Patung.

Lantas, apa alasan yang membuat sirup Cap Patung lebih diminati oleh masyarakat Aceh, terlebih saat Ramadhan tiba?

1. Tempat Produksi di Aceh

Sirup Cap Patung disebut sebagai sirup legendaris di Aceh. Meskipun memiliki merek asli Kurnia, sirup ini tetap dikenal luas dengan sirup Cap Patung, karena terdapat gambar Patung Liberty pada stiker kemasannya. 

Baca Juga: 5 Fakta Unik Kopi Sanger, Minuman Khas Aceh yang Sudah Mendunia

Sirup ini diproduksi pertama kali di Gampong Mulia, Kota Banda Aceh. Pabrik yang berdiri sejak tahun 1969 tersebut, bahkan sempat menjadi kebanggan masyarakat setempat. Gampong Mulia memang dikenal sebagai pemukiman unik, di mana warga Aceh asli hidup rukun dan bertetangga dengan warga Tionghoa, India dan suku lainnya. 

Seorang warga Tionghoa yang bermukim di sana mencoba peruntungan dengan membangun pabrik sirup. Beliau adalah Elias Hudaya yang kemudian menjalani bisnis rumah tangga tersebut bersama sang istri. Hasil racikan beliau inilah yang dikenal hingga kini sebagai, sirup legendaris dengan citarasa limun, beraroma raspberry serta warna merah menggoda. 

2. Kandungan Gula Murni

Hal lain yang membuat sirup Cap Patung begitu digemari karena terbuat dari 100% gula murni. Kala itu ada banyak sirup yang hadir dengan pemanis buatan, sehingga Cap Patung menjadi satu-satunya pilihan yang tepat untuk dinikmati hingga saat ini. 

Baca Juga: Segarnya Es Kuwut, Rekomendasi Minuman Khas Bali untuk Berbuka Puasa, Cocok Menurunkan Kolestrol Juga Lho!

Aroma raspberry dari sirupnya juga sangat memikat bagi pecinta minuman manis. Rasanya memang agak asing pada awal sirup ini lahir, tapi rasa itulah yang kemudian akrab bagi lidah konsumen di Aceh. Padahal raspberry bukanlah tanaman yang dapat ditemukan di daratan Aceh. 

3. Kemasan yang Tidak Berubah 

Pengemasan sirup Cap Patung dari masa ke masa tidak mengalami perubahan. Bentuk botol yang digunakan masih menyerupai botol kecap tempo dulu. Hanya saja warna botolnya yang sedikit berbeda, dulu botolnya berwarna hijau sehingga warna merah sirupnya tak jelas kelihatan. Saat ini botolnya bening tapi masih dengan stiker yang sama. 

4. Sempat Hilang dari Peredaran

Awal tahun 1990-an, sirup yang telah populer di Aceh ini kemudian hilang dari peredaran. Tidak ada yang tahu alasan pasti dari penutupan pabriknya di Gampong Mulia. Namun tak lama setelah itu, sirup ini kembali beredar dengan keterangan label produksi baru di Medan. Usaha Elias Hudaya itu kini dilanjutkan oleh putranya, Jonas Hudaya.

Baca Juga: 5 Ide Minuman Buka Puasa yang Enak dan Segar, Yuk Catat Resep Sederhananya Dijamin Ketagihan

Meskipun tak lagi diproduksi di Aceh, eksistensi sirup Cap Patung masih menguasai Tanah Rencong. Bahkan kehadiran sirup populer seperti Marjan pun seolah terkalahkan.

Apalagi menjelang Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha. Hampir di setiap rumah warga Aceh dapat ditemukan sirup Cap Patung. Tidak hanya itu, sirup Cap Patung juga menjadi andalan para pedagang es teler di Aceh.***

Update berita dan artikel menarik lainnya di Google News

Editor: Fachrulrazi

Tags

Terkini

Terpopuler