Peninggalan Kerajaan Aceh Samudera Pasai

- 16 November 2022, 22:58 WIB
Bendera Kerajaan Aceh Darussalam
Bendera Kerajaan Aceh Darussalam /

JURNALACEH.COM- Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kerajaan ini berkembang selama 3 abad. Dari abad ke-13 hingga ke-17.

Peninggalan kerajaan Samudra Pasai terletak di provinsi Aceh. Sisa-sisa kerajaan Islam pertama di Indonesia perlu Anda ketahui untuk menambah wawasan pengetahuan Anda.

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al-Saleh atau Marah Silu.

Baca Juga: Kenali Peninggalan Kerajaan Aceh yang Mengagumkan Hingga Saat Ini

Raja yang berhasil memimpin kerajaan Samudera Pasai hingga mencapai puncak kejayaannya adalah Sultan Mahmud Malik Az Zahir yang memerintah pada tahun 1326 hingga 1345 M.

Keberhasilan Kerajaan Samudera Pasai tercermin dari fitur komersialnya yang canggih dan banyak. Selain itu, mereka menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran dan menjadi pusat perkembangan agama Islam di Sumatera.

Setelah tiga abad berkuasa, kerajaan Samudera Pasai runtuh pada abad ke-16. Salah satu penyebabnya adalah penaklukan kerajaan Samudera Pasai oleh Portugis di bawah Sultan Zain Al-Abidin pada tahun 1521.

Baca Juga: Daftar Lengkap Siaran TV Digital yang Bisa Dinikmati di Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya

Dengan demikian kondisi ini digunakan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, Raja kerajaan Aceh Darussalam untuk mengambil alih kerajaan Samudera Pasai. Meski runtuh, kesuksesan Samudra Pasai masih menjadi bukti peninggalan sejarah.

Berikut bukti peninggalan sejarah kerajaan samudra pasai

1. Makam Sultan Malik Al-Shaleh

Peninggalan pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah makam Sultan Malik Al-Saleh. Beliau adalah pendiri dan raja pertama kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai meninggalkan jejak beberapa makam dengan batu nisan yang indah.

Makam tersebut ditemukan pada tahun 1297 Masehi. dan diyakini sebagai batu nisan tertua yang ditemukan. Makam Sultan Malik Al-Saleh menunjukkan tanda-tanda pengaruh Muslim Gujarat di Samudera Pasai.

Baca Juga: Simak Cara Daftar PPPK Tenaga Kesehatan 2022 Lengkap dengan Panduannya

2. Makam Sultanah Nahrasiyah

Peninggalan kerajaan Samudera Pasai selanjutnya adalah makam Sultanah Nahrasiyah yang terletak di desa Meunasah Kuta Krueng kecamatan Samudera.

Batu nisan ratu pertama kerajaan Samudera Pasai ini memiliki kaligrafi yang berisi kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi.

Nisan Sultanah Nahrasiyah yang cantik itu didatangkan langsung dari Kamboja. Selain makam Sultan Malik Al-Saleh dan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai juga meninggalkan beberapa makam kerajaan lainnya. Misalnya makam Sultan Muhammad Malik Al Zahir dan makam putranya Sultan Mahmud Malik Az Zahir.

3. Lonceng Cakra Donya

Lonceng Cakra Donya merupakan peninggalan kerajaan Samudera Pasai yang diperkirakan selesai dibangun pada tahun 1409. Jam dengan tinggi 125 cm dan lebar 75 cm ini berbentuk mahkota besi berbentuk stupa.

Baca Juga: Simak Cara Daftar PPPK Tenaga Kesehatan 2022 Lengkap dengan Panduannya

Jam Cakra Donya ini dipercaya merupakan pemberian Kerajaan Cina kepada Sultan Samudera Pasai. Nama Cakra Donya terdiri dari dua kata. Cakra berarti batang kereta, lambang Wisnu, matahari atau cakrawala, sedangkan donya berarti dunia. Di luar cakra Donya terdapat hiasan dan lambang berupa huruf Arab dan Cina.

Aksara Arab sudah tidak terbaca lagi karena sudah usang. Sedangkan tulisan Chinanya adalah Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa diperlihatkan pada bulan ke-12 tahun ke-5).

4. Dirham Pasai

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai selanjutnya adalah Dirham Pasai. Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai merupakan pusat perdagangan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh pedagang dari berbagai negara seperti China, India, Thailand, Arab, dan Iran. Komoditas utama saat itu adalah lada.

Baca Juga: Stadion Al Bayt, Venue Piala Dunia 2022 Qatar yang Atapnya Bisa Ditarik

Sebagai pelabuhan perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini secara resmi digunakan di kerajaan. Samudera Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan tetapi juga menjadi pusat pengembangan Islam.

Selain itu, dalam karya Ma Huan Ying Yai Sheng Lan karya Laksamana Muslim Cheng Ho, seorang juru tulis dan penerjemah, disebutkan bahwa mata uang Samudera Pasai adalah dirham emas dengan konsentrasi 70 persen dan mata uang keueh yang terbuat dari timah ( 1 dinar = 1.600 Keueh)

Pasai mencetak dinar pertamanya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad (1297-1326) dengan satuan emas setara dengan 40 butir atau 2,6 gram.

5. Hikayat Raja Pasai

Hikayat Raja-Raja Pasai adalah Pewaris Kerajaan Samudera Pasai berupa karya berbahasa Melayu yang menceritakan kisah kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai.

Russel Jones, kisah ini ditulis pada abad ke-14. Kisah ini mencakup periode dari berdirinya Kesultanan Samudera Pasai hingga penaklukannya oleh Kerajaan Majapahit.

6. Naskah Sultan Zainal Abidin

Naskah Surat Sultan Zainal Abidin merupakan peninggalan kerajaan Samudera Pasai yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin sebelum wafatnya pada tahun 1518 Masehi. atau pada tahun 923 Hijriah.

Baca Juga: Simak Cara Daftar PPPK Tenaga Kesehatan 2022 Lengkap dengan Panduannya

Surat itu ditujukan kepada Kapten Moran yang bertindak sebagai wakil Raja Portugal di India.

Surat Sultan Zainal Abidin ditulis dalam bahasa Arab dan menjelaskan keadaan Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-16. Selain itu, surat ini juga menggambarkan situasi akhir Kesultanan Samudera Pasai setelah Portugis berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511 Masehi.

Tertulis nama-nama kerajaan atau negara yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Samudera Pasai. Mengetahui ejaan dan nama kerajaan atau negara. Kerajaan atau negara yang tercantum dalam surat tersebut adalah Mulaqat (Malaka) dan Fariyaman (Pariaman).

7. Stempel Kerajaan

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai selanjutnya adalah Stempel Kerajaan Samudera Pasai. Kelompok Riset Sejarah Kerajaan Islam menduga stempel kerajaan ini milik Sultan Kerajaan Samudera Pasai lainnya bernama Muhammad Malikul Zahir.

Baca Juga: Stadion Al Bayt, Venue Piala Dunia 2022 Qatar yang Atapnya Bisa Ditarik

Tempat ditemukannya cap ini berada di Desa Kuta Krueng, Kec. Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Ukuran cap yang ditemukan adalah 2×1 cm, dan bahan yang digunakan untuk membuat cap ini adalah tanduk binatang. Saat stempel ditemukan, pegangannya patah. Pendapat lain menyebutkan bahwa cap ini digunakan sampai masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin.

Beginilah gambaran peninggalan kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Editor: Farhan Nurhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x