Kopi Khop: Antara Tradisi dan Gaya Hidup Masyarakat Aceh

- 8 April 2024, 13:39 WIB
Kopi Khop/Instagram/@kopi_khop
Kopi Khop/Instagram/@kopi_khop /

Dengan teknik yang cukup unik, yaitu dengan membalik gelas, hal ini tidak hanya memberikan sensasi semata, tetapi juga dihargai oleh masyarakat khususnya masyarakat Aceh Barat, dan mampu menghasilkan saripati terbaik tanpa menggunakan proses penyaringan layaknya kopi umumnya.

Apalagi dengan menggunakan produk kopi dari hasil tanah sendiri serta memiliki nama dan ciri khas tersendiri dari bentuk serta cara penyajiannya yang berbeda dari daerah lain, ini akan menjadi suatu produk yang sangat unik dan telah dijadikan sebagai festival yang mengangkat Deklarasi “Kupi Khop” sebagai budaya khas Aceh Barat.

Dengan memahami semiotika dari Kupi Khop, masyarakat bisa mengetahui bahwa Kupi Khop merupakan produk unggulan yang memiliki nilai jual dan kekhasan dengan sejarah Aceh Barat.

Awal kopi pertama masuk ke Aceh adalah pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, tepatnya pada awal 1873 saat Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh, perang tersebut berlanjut sampai 1904.

Tanaman kopi pertama kali dibawa oleh Belanda pada abad ke-17 melalui Batavia (sekarang Jakarta) untuk ditanam di Aceh pada tahun 1908. Kopi yang pertama kali diperkenalkan adalah kopi jenis Arabica, yang pertama kali dibudidayakan di Utara Danau Lut Tawar.

Di dunia, kopi bisa dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu kopi Arabica dan kopi Robusta. Di Aceh, kedua jenis kopi ini dibudidayakan oleh masyarakat setempat.

Kopi jenis Arabica umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo, termasuk Takengon, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues. Sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat, masyarakat mengembangkan kopi jenis Robusta.

Belanda memerintahkan masyarakat pada saat itu untuk mengkonsumsi kopi jenis Robusta, sementara Arabica untuk dikonsumsi sendiri (oleh Belanda) dan untuk diekspor.

Di Aceh, Belanda menemukan dataran tinggi luas yang dikenal sebagai Tanah Gayo, yang berdasarkan riset mereka sangat cocok untuk ditanami kopi.

Dari Tanah Gayo, kopi tersebar ke seluruh penjuru Tanah Gayo yang berhawa dingin. Menikmati kopi tidak lagi menjadi hal yang asing di Indonesia, di setiap sudut daerah Indonesia bisa ditemukan olahan biji hitam, termasuk di Provinsi Aceh.

Halaman:

Editor: Cut Ricky Firsta Rijaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah