Pakaian Adat Aceh Putera Pada Masa Pemerintah Kesultanan Aceh, Begini Bentuknya

10 November 2022, 13:47 WIB
Ilustrasi anak-anak berpakaian adat Aceh /Pixabay.com/YTAndroid/

JURNALACEH.COM- Pakaian adat Aceh menonjolkan salah satu poin utama yang membedakannya dengan pakaian adat lainnya adalah perpaduan antara budaya Melayu dan  Islam.

Awalnya, Pakaian adat Ule Balang hanya digunakan oleh keluarga kerajaan. Tapi sekarang, semua orang bisa memakai baju adat ini. Ada dua jenis Ule Balang: Linto Baro, yang digunakan oleh Pria Aceh, dan Daro Baro , yang digunakan oleh Wanita Aceh.

Lihat pernyataan berikut untuk informasi lebih lebih detailnya:

Baca Juga: Tak Main-Main, Menkominfo Dorong Pengawasan Konten Siaran Digital Lebih Masif

1. Pakaian Linto Baro

Pakaian Linto Baro yang dikenakan oleh laki-laki terdiri dari beberapa unsur: pakaian, celana panjang, senjata tradisional, topi, dan perhiasan lainnya.

Pakaian ini dikenakan oleh  laki-laki Aceh untuk memperingati pernikahan, Meugang, Peusijuk, Tueng Dara Baro (Ngunduh Mantu), acara adat dan hari raya penting. Unsur-unsur kostum Linto Baro adalah :

- Pakaian Meukeusah (Baju ini berbentuk bescap atau blazer yang digunakan sebagai atasan pria Aceh. Pakaian ini sudah sering dipakai oleh pria Aceh sejak zaman kerajaan Samudra Pasai dan Perlak).

Umumnya, pakaian ini terbuat dari kain  sutra atau katun yang ditenun berwarna hitam. Bagi orang Aceh, warna hitam adalah warna kebesaran, maka baju ini melambangkan kebesaran orang Aceh.

Baca Juga: Tak Main-Main, Menkominfo Dorong Pengawasan Konten Siaran Digital Lebih Masif

Pakaian ini memiliki sulaman benang  emas dari leher hingga dada dan ujung lengan. Sulaman adalah pola sulur bunga dan daun. Misalnya, Seumanga (Iran), Bungong Geulima (Delima), Seuleupok (Temtai), Keupula (Jubah Bunga), Kundo, Pucok Reubong (Tumpal). Bordir dengan motif binatang jarang terjadi.

Ada begitu banyak makna yang berbeda dari motif bordir sehingga tidak mungkin untuk mengungkapkan semuanya. Misalnya  motif Pucok Reubong (Tumpal) yang memiliki makna kesuburan dan kesetiakawanan. Mereka yang memakai pakaian bercorak diharapkan  Allah SWT Mensejahteraka dalam hal pangan dan  keturunan.

Kerah  baju Meukeusah mirip dengan kerah cheongsam. Pakaian adat Aceh sangat dipengaruhi oleh budaya Islam dan Melayu, namun pakaian ini juga secara intrinsik terkait dengan pengaruh budaya Tionghoa yang sampai di Aceh.

Baca Juga: Apakah TV Tabung Bisa Menonton Siaran TV Digital? Simak Penjelasan Berikut

Kerah tersebut diadopsi oleh para desainer kostum Aceh karena terinspirasi dari kerah orang Tionghoa yang merantau di Aceh sebagai pedagang dari negeri tirai bambu.

- Sileuweu

Celana Sileuweu adalah setelan bawah Meukeusah dari set Linto Baro. Seperti atasan, celana ini  berwarna hitam namun berbahan katun. Bentuknya memanjang ke bawah dan dilengkapi bordir emas. Celana ini juga biasa disebut Celana Musang Luwak.

- Sarung

Setelah mengenakan celana panjang, laki-laki Aceh memakai sarung yang terbuat dari kain songket agar pemakainya lebih mencolok. Sarung  dikenakan  di sekitar pinggang dan tingginya sekitar 10 cm di atas lutut. Salon tersebut juga sering disebut dengan nama lain seperti Ija Kroeng, Ija Lamgap dan Ija Songket

- Meukeutop

Baca Juga: TV Analog Bisa Menonton Siaran Digital Tanpa Set Top Box? Ikuti Lngkah Berikut

Kuatnya pengaruh Islam terhadap budaya Aceh disebabkan oleh pakaian adat Aceh yang salah satunya adalah tutup kepala yang disebut Meukeutop. Setelah diperiksa lebih dekat, Muketop sama dengan  yang dikenakan oleh Sultan Turki.

Meukeutop terbuat dari kain bordir. Bordir ini berwarna hijau, kuning, hitam dan merah. Hijau melambangkan kedamaian yang dibawa  Islam.

Kuning melambangkan kerajaan. Hitam berarti kekuatan dan kebesaran. Dan merah melambangkan keberanian dan kepahlawanan. Dengan kata lain, laki-laki ber mukhetop adalah laki-laki Aceh yang menganut ajaran Islam dengan damai, gigih, dan berperilaku bak pahlawan  raja.

Baca Juga: Signal TV Digital Anda Lemah? Begini Cara Mengatasinya

- Rencong

Meski tidak jauh berbeda  dengan pakaian adat di daerah lain, tidak ada pakaian adat pria yang lengkap kecuali dilengkapi dengan senjata tradisional. Pakaian adat pria Aceh  dilengkapi dengan akar teratai. . Pada umumnya akar teratai diselipkan ke dalam lipatan sarung yang dililitkan di pinggang.

Rencong adalah simbol  keberanian, identitas diri dan ketahanan di Aceh. Ada berbagai tingkat Rencong. Rencong Sultan terbuat dari emas dan matanya diukir dalam bentuk ayat-ayat Alquran. Di sisi lain, selain Sultan, Rencong terbuat dari kuningan, perak, besi putih, gading dan kayu.

- Siwah

Selain Rencong, siwah juga merupakan senjata tradisional Aceh. Bentuknya hampir sama dengan akar teratai, tetapi lebih panjang dan lebih besar dari akar teratai, dan bahannya lebih mewah. Pegangan Siwah dihiasi dengan permata untuk membuatnya bersinar.

Gagang siwah terbuat dari kayu, perak, dan bahkan emas pilihan  yang berkualitas. Gagangnya dihiasi dengan ukiran tradisional Aceh dan motif  rebung. Mata Siwah terbuat dari kayu bekas pedang tua dan besi putih. Tanqueban emas atau perak melekat pada gagangnya, tidak lupa dihiasi dengan batu-batu berharga. Sarung Siwa terbuat dari gading, perak, atau emas dan dihias dengan ukiran sulur.

Baca Juga: Catat, Nilai Ambang Batas PPPK Guru 2022, Resmi dari Menteri PANRB

Demikian penjelasan mengenai Pakaian Adat Aceh Putera Pada Masa Pemerintah Kesultanan Aceh. ***

Editor: Farhan Nurhadi

Tags

Terkini

Terpopuler