Mari Belajar dari Kisah Nabi Yusuf, Memaafkan Tanpa Mendendam

7 November 2022, 21:35 WIB
Ilustrasi /Pixabay/SuzyT/

JURNALACEH.COM- Manusia sejatinya merupakan letaknya salah. Banyak diantara kita yang merasa paling benar dan dan ingin dianggap salah. Banyak juga diantara kita yang tida mau memaafkan saudaranya, dan memaafkan namun masih mendendam.

Dilansir dari situs Resmi NU https://www.nu.or.id  dikisahkan bagaimana Nabiyulla Yusuf dengan segala rasa pemaafnya dan tidak menaruh dendam terhadap sesama.

Pada suatu waktu, Nabi Yusuf menjadi seorang pejabat penting di Mesir. Ia memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di negerinya. Ia menentukan banyak kebijakan publik bagi bangsanya. Dan pada saat posisinya yang begitu kuat ini Allah menunjukkan kemuliaan dan kebesaran hati Nabi Yusuf.

Baca Juga: Contoh Deskripsi Diri PPPK 2022, Menrik dan Penuh Inspirasi

Saudara-saudara Nabi Yusuf yang dulu telah membuangnya beberapa kali datang ke Mesir untuk satu keperluan kebutuhan hidup. Mereka diterima langsung oleh Nabi Yusuf namun tak mengenalinya karena menyangka Yusuf telah meninggal di dasar sumur itu.

Pada akhirnya mereka mengenali bahwa pejabat negara yang selama ini mereka datangi dan membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka adalah orang yang dahulu pernah mereka singkirkan secara aniaya.

Kini mereka telah mengetahui dan mengakui bahwa Allah lebih memberikan kemuliaan kepada Yusuf dari pada kepada mereka. Yusuf telah menjadi orang penting, terpandang dan mulia. Dan kini di hadapan Nabi Yusuf mereka mengakui kesalahan dan dosa-dosanya.

Baca Juga: Contoh Deskripsi Diri PPPK 2022, Menrik dan Penuh Inspirasi

Sebagai seorang pejabat yang memiliki kekuasaan dan sangat berpengaruh pada saat itu semestinya Nabi Yusuf memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membalas dan memberikan hukuman yang berat bagi saudara-saudaranya. Saat itu bisa saja Nabi Yusuf membalas dendam atas apa yang dilakukan oleh mereka kepadanya.

Namun itu semuanya tak dilakukan olehnya. Pada saat seperti itu kemuliaan akhlaknya justru menuntunnya untuk berbesar dan berlapang hati mengucapkan sebuah kalimat yang artinya:

“Tak ada celaan bagi kalian di hari ini, semoga Allah mengampuni kalian.” (QS. Yusuf: 92)”

Ada dua hal yang disampaikan Nabi Yusuf dengan kalimat tersebut.

Baca Juga: Kisah Singkat Keteladanan Nabi Hud

Pertama, dengan kalimat “tak ada celaan bagi kalian di hari ini” Nabi Yusuf ingin menegaskan bahwa ia memberikan maaf kepada saudara-saudaranya tanpa ada rasa dendam di dalam hatinya. Ia benar-benar telah memaafkan mereka dengan menghapus semua kesalahan dari ingatan dan hatinya. Ia tak ingin mencela, mencemooh dan bahkan mengecam orang-orang yang telah menyengsarakannya, bahkan hampir saja menghilangkan nyawanya.

Kedua, Nabi Yusuf tidak saja memaafkan para saudaranya dan membebaskan mereka dari celaan dan kecaman di kehidupan dunia ini, dengan kalimat “semoga Allah mengampuni kalian” Nabi Yusuf juga menginginkan mereka diampuni oleh Allah atas dosa-dosanya sehingga kelak di akhirat pun mereka terbebas dari siksaan. Tidak sekadar itu, pada ayat berikutnya Nabi Yusuf juga meminta para saudaranya untuk kembali lagi datang ke mesir dengan membawa serta semua anggota keluarga besar mereka; istri dan anak-anak mereka.

Baca Juga: Hasil Seleksi Administrasi PPPK Tenaga Kesehatan (Nakes) Tahun 2022

Inilah pemberian maaf yang sesungguhnya yang diajarkan Al-Qur’an melalui kisah Nabi Yusuf. Memaafkan tidak hanya sekadar mengucapkan kata maaf belaka namun jauh di dalam hatinya masih menyimpan dendam. Memberi maaf mesti dibarengi dengan sikap tidak akan mencemooh, menista, mencela, mengecam dan bahkan sekadar mengingat dan membicarakan kesalahan pelakunya. ***

Editor: Farhan Nurhadi

Tags

Terkini

Terpopuler