Siapakah Tokoh Pemimpin Pemimpin Perlawanan Aceh Pada Masa Penjajahan Jepang? Berikut Sosoknya

- 27 November 2022, 11:08 WIB
Bendera Kerajaan Aceh Darussalam
Bendera Kerajaan Aceh Darussalam /

JURNALACEH.COM- Terdapat beberapa faktor yang memunculkan perlawanan rakyat Aceh terhadap tentara Jepang, diantaranya tindakan sewenang-sewang yang dilakukan tentara Jepang tanpa sedikitpun rasa hormat kepada rakyat Aceh.

Perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Jepang pertama kali terjadi pada saat itu di Aceh pada tahun 1942 tepatnya di Cot Plieng, Lhokseumawe.

Salah satu tokoh yang menjadi pimpinan rakyat Aceh dalam Perlawanan terhadap Jepang adalah Teuku Abdul Djalil.

Baca Juga: Daftar Frekuensi Champions TV World Cup 2022 di Satelit Telkom 4

Teuku Abdul Djalil merupakan seorang ulama dan pimpinan salah satu Pesantren yang berapa di Cot Plieng.

Perlawanan dari rakyat Aceh sudah terjadi sejak awal kedatangan Jepang ke Indonesia terutama ketika Jepang sampai ke Aceh.

Dalam hal Ini, Jepang melakukan banyak hal semena-mena dan memaksakan kehendak terhadap rakyat Aceh.

Sedikitpun tentara Jepang tidak menghargai keberadaan umat Muslim Aceh dan sesuka hati mabuk-mabukan, bermain perempuan serta memaksa seluruh rakyat Aceh untuk melakukan seikerei (penghormatan ke arah timur) yang bertujuan untuk menyembah Dewa Matahari.

Teuku Abdul Djalil mengecam bahwa Jepang telah mengubah kiblat umat Muslim Aceh, sehingga memicu perlawanan yang didukung oleh seluruh rakyat Aceh.

Baca Juga: Tengku Abdul Jalil, Pemimpin Perlawanan Aceh Terhadap Jepang

Teuku Abdul Jalil adalah seorang ulama yang mengajarkan kepada murid-muridnya tentang patriotisme pada masa penjajahan.

Ketika Belanda menyerah pada tahun 1942, Tengku Abdul Jalil tidak mudah terhasut oleh propaganda yang disebarkan Jepang.

Sebaliknya, ia lebih menentang dan membenci penjajah Jepang, yang berperilaku sembarangan dan menyebabkan penderitaan besar bagi rakyat.

Pada Juli 1942, Tengku Abdul Djalil melakukan pengajian bersama 400 pengikutnya,pada saat yang sama menyampaikan kritik keras terhadap pendudukan Jepang.

Keesokan harinya, ia langsung dipanggil ke kepolisian Jepang karena terang-terangan mengumpulkan pasukan untuk berperang.

Baca Juga: Tutorial Menyalakan TV Digital Secara Baik dan Benar, Pakai Cara Ini!

Namun, ajakan itu tak kunjung terwujud, membuat hubungannya dengan Jepang semakin intens.

Puncaknya adalah ketika seorang polisi Jepang bernama Hayasi menjemput paksa Teuku Abdul Djalil dari Dayah Cot Plieng.

Namun, Hayasi justru mengalami luka setelah memaksa Tengku Abdul Jalil berhenti berbicara menentang Jepang.

Dengan demikian, pada 7 November 1942, tentara Jepang dikirim untuk menangkap Tengku Abdul Djalil.

Tengku Abdul Jalil berhasil melarikan diri meski Jepang membakar pesantren beserta masjidnya.

Baca Juga: Simak Cara Ajukan Sanggah Bagi yang Tak Lolos Seleksi PPPK Kesehatan 2022

Setelah melarikan diri dari pertempuran pertama, Tengku Abdul Jalil dan para pengikutnya mundur ke Masjid Paya-Kambok di Kecamatan Meurah Mulya.

Demikian pembahasan mengenai perlawanan Aceh terhadap Jepang, Semoga bermamfaat. ***

Editor: Farhan Nurhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah