Bedah Buku From Fears to Tears, Catatan Sejarah Pelanggaran HAM di Aceh

- 26 Februari 2023, 16:19 WIB
Prof Dr Phil Abdul Manan MSc MA saat mengisi acara bedah buku bersama Alumni Sejarah Kebudayaan Islam UIN Ar-Raniry/Banda Aceh/Prof Dr Phil Abdul Manan
Prof Dr Phil Abdul Manan MSc MA saat mengisi acara bedah buku bersama Alumni Sejarah Kebudayaan Islam UIN Ar-Raniry/Banda Aceh/Prof Dr Phil Abdul Manan /

JURNALACEH.COM– Alumni Sejarah Kebudayaan Islam UIN Ar-Raniry dalam Pelantikan Forum Alumni SKI menggelar acara bedah buku karya Prof Dr Phil Abdul Manan MSc MA yang berjudul from Fears to Tears (dari Ketakutan Menjadi Air Mata) di Ruang Theater Gedung Museum Kampus UIN Ar-Raniry pada Kamis, 23 Februari 2023.

Buku yang ditulis oleh Guru Besar bidang ilmu Antropologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh bersama dengan dua penulis lainnya yakni Dr Abdul Hadi dan Iping  Rahmat Saputra MSc ini mengangkat tentang berbagai isu menganai kekerasan pada tragedi Rumoh Geudong, Krueng Arakundo, dan Jambo Keupok di Aceh.

Dalam bukunya tersebut, Prof Abdul Manan juga menjelaskan bahwa isu HAM merupakan sebuah fenomena yang tidak akan pernah berakhir untuk diperbincangkan, dan akan menjadi pengiring kehidupan manusia, tak terkecuali di Provinsi Aceh.

Baca Juga: Temukan Indikasi Pelanggaran HAM di Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM: Kenapa Ada Gas Air Mata

Bahkan, sudah menjadi rahasia umum tentang bagaimana praktik pelanggaran HAM tumbuh subur bak jamur di musim hujan pada saat Aceh masih dalam zona eksperimen (perang).

Dari banyaknya kasus pelanggaran HAM di Aceh, Buku from Fears to Tears ini mengangkat 3 konsern utama, yakni Rumoh Geudong, Krueng Arakundo, dan Jambo Keupo, yang ketiganya terjadi pada masa DOM, Pasca DOM dan masa Operasi Wibawa.

Bahkan setelah sekian lama terjadi hingga terlaksanakannya nota kesepahaman damai (MoU Helsinki), tidak satupun dari ketiga peristiwa tersebut terungkap secara hukum.

Baca Juga: Atnike Nova Sigiro, Perempuan Pertama yang Akan Pimpin Komnas HAM

“Salah satu alasan kami memilih judul buku ini  “from Fears to Tears” yang bermakna dari ketakutan menjadi air mata. Judul ini mendeskripsikan isi tentang penderitaan yang terus berlanjut walaupun proses penyelesaian konflik Aceh melalui MoU Helsinki telah disepakati,” kata Prof Manan mengawali diskusi dalam kegiatan bedah buku tersebut.

Dalam hal ini, Prof Abdul Manan juga menambahkan bahwa dari ketiga peristiwa tersebut, ada perbedaan dan kesamaan yang terjadi dalam proses praktiknya, dimana perbedaannya terletak pada praktik pemenderitaan yang terjadi di rumoh Geudong dan dilakukan secara terus menerus hingga DOM dicabut pada 07 Agustus 1998.

Sedangkan kesamaannya ada pada ketersedatan proses pengusutan dan pengungkapan kebenarannya, sama-sama memakan korban jiwa yang kebanyakan merupakan masyarakat sipil, dan juga sama-sama membuat korban semakin tenggelam dengan harapannya pada pemulihan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah.

Baca Juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Komnas HAM Akan Mendalami Penggunaan Gas Air Mata

Salah satu penanggap dalam bedah buku ini, Nab Bahani As, sangat mengapresiasi atas terbitnya buku from Fears to Fear yang menurutnya konteks isu yang diangkat sangat penting menjadi dokumentasi atau catatan sejarah.

Sementara itu, Seniman Aceh, Fauzan Santa juga menyarankan kepada penulis agar buku ini di kemas dalam bentuk komik atau difilmkan, sehingga lebih menarik minat pembaca.

Acara Bedah buku yang dirangkai dengan pelantikan Pengurus Forum Alumni Sejarah Kebudayaan Islam ( FASKI) UIN Ar-Raniry periode 2022-2024 ini, juga turut dihadiri oleh raturan mahasiswa, pengurus FASKI, sejarawan, hingga akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.***

Update berita dan artikel menarik lainnya di Google News

Editor: Farhan Nurhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah