Pilpres 2024, Berapa Pasang Calon? Berikut Analisis Peneliti BRIN dan Indikator Politik Indonesia

2 Juli 2022, 15:44 WIB
Besar kemungkinan akan ada empat poros dalam Pilpres 2024./pikira-rakyat.com /

JURNALACEH.COM - Peta koalisi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diprediksi akan jauh berbeda dengan 2019. Dari hanya 2 pasangan calon, menjadi 3 hingga 4 pasang calon.

Sejauh ini, baru Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PPP dan PAN yang sudah deklarasi.

Ketiga partai ini sudah cukup syarat untuk mengajukan calon, karena telah melampaui ambang batas Presidential Threshold (PT) 20 persen. Namun, hingga kini mereka belum mengumumkan calon presiden atau calon wakil presiden yang akan diusung.

Baca Juga: Nasib Tempe di Ujung Tanduk, Karena Sejumlah Negara Batasi Keran Ekspor, Ini Saran Ekonom

Sementara Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang digadang-gadang bakal mengusung para ketua umumnya, masing-masing Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar sebagai capres dan cawapres juga belum menetapkan tanggal deklarasi.

Tapi yang pasti, lokasi deklarasinya direncakan di lokasi Ibu Kota Negara (IKN). Syarat PT 20 persen kedua partai ini juga tercukupi.

Lalu, NasDem, PKS dan Demokrat yang belakangan aktif melakukan penjajakan koalisi, belum kunjung mengumumkan porosnya secara resmi.

Baca Juga: Ketua DPD LaNyalla Sebut Mahalnya Biaya Politik Jadi Pemicu Korupsi

Terakhir, PDIP yang bisa mengusung calon sendiri juga masih wait and see. Ketum Megawati Soekarnoputri sudah menugaskan anaknya yakni Puan Maharani untuk membangun komunikasi dengan sejumlah partai politik.

Peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro. Ia memprediksi jumlah paslon yang akan muncul bisa lebih dari dua.

"Pemilu 2024 bisa jadi memunculkan 4 paslon. Semakin banyak paslon akan semakin baik karena bisa mengurangi ketegangan," kata sosok yang karib disapa Wiwiek ini ketika dikonfirmasi.

Baca Juga: Amalan yang Harus Diperbanyak Jelang Hari Raya Idul Adha

Menurutnya, banyaknya paslon justru baik. Karena senafas dengan realitas masyarakat Indonesia yang majemuk dan nenerapkan sistem multi-partai banyak.

"Sekurang-kurangnya aspirasi masyarakat bisa terwakili dan kompetisi relatif berjalan lebih sehat karena pilihan masyarakat lebih banyak, tidak dipaksakan hanya 2 paslon," sambungnya.

Akan tetapi, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengaku belum bisa menyimpulkan koalisi yang mulai dibangun belakangan ini. Apakah permanen atau malah bubar di tengah jalan.

Baca Juga: Cara Menyimpan Daging Mentah Agar Awet dan Tahan Lama

"Poros koalisi atau kedekatan saat ini ditunjukkan oleh partai-partai masih sangat prematur sekali untuk dikatakan kokoh tidak berubah," kata Bawono saat dikonfirmasi.

Semua, kata dia masih sangat mungkin berubah. Mengikuti dinamika elektoral dari para bakal calon presiden dan juga tentu saja kelancaran dr komunikasi politik antarelite.

"Pertemuan antara AHY dan Prabowo beberapa hari lalu menunjukkan betapa masih cair komunikasi antar elite dan penjajakan koalisi saat ini," lanjutnya. Padahal sebelumnya Demokrat sering dikaitkan kedekatannya dengan poros NasDem dan PKS.

Baca Juga: 2 Perempuan Cantik di Samping Paloh Selama Kunjungan di Aceh

Bawono juga membuka peluang pengalaman pilpres 2019 lalu bakal terulang: 2 pasang calon

"Terbuka kemungkinan tiga pasangan calon. Tapi mungkin saja akan dua pasangan calon kembali," pungkasnya.***

Editor: Ade Alkausar

Tags

Terkini

Terpopuler