BMKG: Cuaca Panas Bukan Akibat Gelombang Panas Tapi Fenomena Umum

- 7 Mei 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi cuaca panas/freepik.com/@wirestock
Ilustrasi cuaca panas/freepik.com/@wirestock /

JURNALACEH.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa cuaca panas yang tengah melanda Indonesia bukanlah akibat dari gelombang panas atau heatwave. Menurutnya, karakteristik dan statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Gelombang panas memang sedang melanda berbagai negara di Asia, seperti Thailand dengan suhu mencapai 52°C dan Kamboja mencatat suhu tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C. Namun, di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti biasanya," ujar Dwikorita di Jakarta pada Senin, yang dikutip JURNALACEH.COM dari bmkg.go.id.

Penjelasan Dwikorita lebih lanjut menyebutkan bahwa kondisi maritim di sekitar Indonesia, dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan, mengakibatkan naiknya gerakan udara. Hal ini memungkinkan terjadinya penyanggaan atau penurunan kenaikan temperatur secara ekstrem dengan adanya hujan yang mendinginkan permukaan secara berkala. Oleh karena itu, gelombang panas tidak terjadi di wilayah Kepulauan Indonesia.

Baca Juga: BMKG Memperkirakan Hujan Lebat Hari ini Terjadi di Sebagian Kota Besar Indonesia

Menurut Dwikorita, suhu panas yang terjadi disebabkan oleh pemanasan permukaan sebagai dampak dari berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan. Hal ini serupa dengan kondisi gerah yang terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau. Pada periode ini, terjadi kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," paparnya.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyampaikan bahwa suhu udara tertinggi di Indonesia selama seminggu terakhir tercatat terjadi di Palu, yaitu 37,8°C pada 23 April lalu. Selain itu, suhu di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain seperti Medan dan Saumlaki.

Baca Juga: BMKG Tegaskan Bahwa Suhu Panas yang Terjadi di Indonesia Bukan Merupakan Hotwave, Simak Penjelasan Lengkapnya!

Berdasarkan hasil pemantauan BMKG hingga awal Mei 2024, sekitar 8% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Namun, sekitar 76% wilayah lainnya masih berada dalam periode musim hujan.

Gelombang panas yang melanda sejumlah negara di Asia diduga disebabkan oleh tiga faktor, yaitu gerakan semu matahari, anomali iklim El Nino 2023/2024, dan pengaruh pemanasan global. Fachri Radjab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, berharap situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia.

Halaman:

Editor: Fauzi Jurnal Aceh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah